Amanah Bukan "Aman 'ah"
Amanah Bukan "Aman 'ah"

Oleh Erika Amelia

Penulis adalah Dosen dan Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 

Islam meletakkan bahwa amanah sebagai ukuran iman, namun dalam praktik sehari-hari, amanah sering dirubah menjadi sekadar “aman ah”, sebuah sikap yang mengabaikan dan meremehkan tanggung jawab. Padahal, amanah adalah suatu titipan Ilahi yang nantinya akan dimintai pertanggungjawabannya, bukan hanya sebagai alasan untuk lepas dari kewajiban.

Dalam Al-Qur’an ditegaskan :

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil (Qs.An-Nisa:58)

Dan Rasulullah SAW berkata :

“Tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji” (HR. Ahmad)

Dari ayat dan hadis ini tersebut sangat jelas bahwa amanah bukan hanya sekadar sifat baik, melainkan tolok ukur keimanan dan kesungguhan seseorang dalam beragama.

Amanah hadir dalam setiap lapisan kehidupan, seperti di tempat kerja, amanah berarti menyelesaikan tugas dengan jujur dan professional, amanah dalam keluarga berarti adanya kehadiran  orang tua dalam mendidik anak dengan penuh kasih sayang serta tanggung jawab, dan anakpun berbakti kepada orang tua, sedangkan dalam masyarakat, amanah akan tercermin dari para pejabat publik yang tidak menyalahgunakan kekuasaan saat menjabat, seorang guru ataupun dosen yang mengajar, mendidik, membimbing dengan tulus dan Ikhlas, hingga seorang pedagang yang tidak melakukan kecurangan atau penipuan dalam ukuran timbangan saat bertransaksi jual beli.

Sebaliknya, sikap “aman ah” akan melahirkan budaya mengabaikan, yaitu janji yang tidak ditepati, kewajiban yang ditunda, bahkan wewenang yang disalahgunakan. Dari sikap sepele inilah tumbuh rasa ketidakpercayaan, hingga munculnya krisis integritas. Amanah adalah pondasi sebuah keluarga, kelompok masyarakat yang sehat, ketika amanah ditegakkan, rasa kepercayaan akan selalutumbuh. Namun ketika mengabaikan suatu, maka runtuhlah sendi-sendi sosial, rasa percaya, karena itu, amanah perlu ditanamkan sejak dini dalam keluarga, dipelihara di sekolah dan kampus, serta ditegakkan di ruang publik.

Amanah bukan sekadar kata, apalagi hanya diartikan sebagai “aman ah”. Amanah adalah titipan Ilahi yang harus dijaga. Menunaikan amanah berarti menjaga kehormatan diri, menguatkan kepercayaan sosial, dan menegakkan martabat bangsa. Jika kita ingin membangun masyarakat yang beradab, maka tidak ada jalan lain kecuali mengembalikan amanah pada makna sejatinya.

Tag :