ICONZ ke-9 Siap Digelar di Jakarta:   Indonesia Dorong Transformasi Global Zakat di Era Digital
ICONZ ke-9 Siap Digelar di Jakarta: Indonesia Dorong Transformasi Global Zakat di Era Digital

leaflet iconz

Jakarta, 7 Desember 2025 – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI siap menggelar penyelenggaraan The 9th International Conference on Zakat (ICONZ) 2025 pada 9–11 Desember 2025 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Forum internasional ini menjadi momentum strategis bagi komunitas zakat dunia untuk merumuskan arah baru transformasi zakat global di tengah meningkatnya inovasi digital serta bertambahnya kebutuhan respon kemanusiaan internasional. Dengan mengangkat tema “Zakat & Philanthropy: Beyond Technology – Designing a Global Transform for Humanity and Shared Prosperity,” ICONZ 2025 menyoroti peran zakat bukan hanya sebagai kewajiban keagamaan, tetapi sebagai instrumen global untuk keadilan sosial, solidaritas kemanusiaan, dan pengentasan kemiskinan lintas negara.

Acara ini akan menghadirkan otoritas zakat internasional, akademisi, peneliti, pemimpin pemerintah, lembaga filantropi global, dan sektor swasta. Rangkaian kegiatan mencakup konferensi ilmiah, high-level dialogue, presentasi makalah, lokakarya internasional, serta peluncuran buku dan inisiatif kolaboratif baru mengenai tata kelola zakat dan filantropi Islam. Penyelenggaraan yang komprehensif ini diharapkan menjadi ruang konsensus global bagi pengembangan standar baru zakat di era digital.

Ketua BAZNAS RI, Prof. Dr. KH. Noor Achmad, MA, menegaskan bahwa teknologi seperti kecerdasan buatan, machine learning, dan big data memiliki potensi besar memperkuat efisiensi, akuntabilitas, dan ketepatan sasaran zakat. Namun ia mengingatkan bahwa inovasi digital harus tetap berpijak pada nilai-nilai kemanusiaan. “Digitalisasi sangat penting, tetapi ruh zakat tetap harus menjadi pusat. Teknologi harus mempercepat pengentasan kemiskinan, memperkuat keadilan, dan meningkatkan layanan bagi mustahik,” ujarnya. Ia juga menekankan bahwa berbagai tantangan global seperti bencana di Indonesia dan krisis kemanusiaan di Palestina menuntut tata kelola zakat yang lebih adaptif. “Zakat hari ini bukan lagi hanya isu lokal, tetapi telah menjadi instrumen global humanitarian response. ICONZ 2025 adalah ruang penting untuk menyelaraskan langkah antarnegara,” tambahnya.

Dari perspektif penyelenggara, Ketua Panitia ICONZ 2025 dari BAZNAS RI, M. Hasbi Zaenal, Ph.D, menyoroti pentingnya memastikan bahwa penggunaan teknologi harus sejalan dengan etika dan maqashid syariah. “Transformasi digital dalam zakat tidak boleh berhenti pada inovasi teknis. Ia harus dibangun di atas etika, amanah, dan kejelasan maqashid. Teknologi harus memperluas kebermanfaatan, bukan menciptakan jarak baru antara muzakki, amil, dan mustahik,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa ICONZ 2025 menargetkan terbentuknya konsensus internasional mengenai digital governance zakat yang aman, transparan, dan berkeadilan. “Melalui ICONZ, kita ingin mendorong standar global tata kelola digital zakat yang mampu menjawab tantangan era baru,” kata Hasbi.

Dalam konteks akademik, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Asep Saepudin Jahar, Ph.D, menyampaikan bahwa Indonesia memiliki posisi strategis sebagai rujukan dunia dalam inovasi tata kelola zakat. “Indonesia telah menjadi laboratorium besar tata kelola zakat dunia. Melalui ICONZ, kami ingin memperkuat kontribusi akademik dan kebijakan Indonesia bagi arsitektur zakat global, termasuk isu strategis seperti etika AI, digital governance, dan sustainable humanitarian financing,” ujarnya. Ia menyebut bahwa keterlibatan universitas menjadi kunci dalam memperkuat landasan ilmiah dan kebijakan zakat dalam menghadapi era digital.

Sejalan dengan itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Ibnu Qizam, menegaskan bahwa keterlibatan FEB UIN Jakarta dalam ICONZ 2025 merupakan bagian dari komitmen penguatan peran perguruan tinggi dalam pembangunan ekonomi Islam global. “FEB UIN Jakarta menempatkan zakat dan filantropi Islam sebagai instrumen strategis pembangunan inklusif. Melalui ICONZ 2025, kami ingin memastikan bahwa inovasi zakat berbasis teknologi tidak hanya unggul secara sistem, tetapi juga kuat secara etik, sosial, dan keberpihakan kepada kelompok rentan,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa kolaborasi antara kampus, regulator, dan lembaga zakat global menjadi fondasi penting bagi lahirnya kebijakan zakat yang berkelanjutan. “UIN Jakarta tidak hanya menjadi tuan rumah, tetapi juga pusat produksi gagasan dan rekomendasi kebijakan zakat global yang berbasis riset, maqashid syariah, dan keadilan sosial.”

Sementara itu, Founder INDEF, Prof. Didik J. Rachbini, menekankan bahwa zakat dan filantropi Islam kini harus diposisikan sebagai bagian dari arsitektur ekonomi pembangunan nasional dan global. “Zakat tidak boleh lagi dipandang sebagai instrumen karitatif semata. Ia harus masuk dalam desain besar pembangunan ekonomi, pengurangan ketimpangan, dan penguatan daya tahan sosial global, terutama di negara-negara berkembang,” tegasnya. Ia menilai bahwa pemanfaatan teknologi dalam zakat harus diarahkan pada penguatan dampak ekonomi. “Digitalisasi zakat akan sia-sia jika tidak berdampak pada transformasi struktur ekonomi umat. ICONZ 2025 penting karena mempertemukan dunia riset, kebijakan, dan praktik dalam satu desain besar ekonomi berkeadilan.”

Ketua Panitia ICONZ 2025 dari FEB UIN Jakarta sekaligus Kaprodi S3 Perbankan Syariah FEB UIN Jakarta dan Kepala CSED INDEF, Prof. Nur Hidayah, Ph.D, menambahkan bahwa transformasi zakat hanya akan bermakna jika memadukan kemajuan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas Islam. “Integrasi nilai kemanusiaan, etika Islam, dan inovasi digital adalah kunci masa depan filantropi Islam. ICONZ adalah ruang untuk merumuskan masa depan bukan hanya lebih modern, tetapi lebih manusiawi dan berkeadilan,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa pendekatan akademik harus memastikan transformasi zakat tetap inklusif. “Zakat bukan hanya tentang angka, algoritma, dan dashboard. Ia tentang manusia, martabat, dan keberlanjutan. Inilah yang ingin kami tekankan dalam ICONZ 2025,” tambahnya.

Melalui pelaksanaan ICONZ ke-9 ini, BAZNAS RI bersama mitra strategis yang terdiri dari Kementerian Agama RI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, INDEF, Universitas Tazkia, Universitas Paramadina, KNEKS, IAEI, dan Indiana University memposisikan Indonesia sebagai pusat kolaborasi zakat dunia. Kolaborasi ini menjadi fondasi dalam membangun standar global, memperluas riset, dan memperkuat ekosistem zakat internasional. “Indonesia harus menjadi rujukan dunia dalam inovasi, literasi, dan governance zakat. ICONZ adalah ruang konsensus global untuk memperkuat peran zakat sebagai pilar kesejahteraan dunia,” ujar Ketua BAZNAS RI.

Dengan kehadiran pemimpin zakat dunia, akademisi terkemuka, dan pemangku kepentingan dari berbagai negara, ICONZ 2025 diharapkan menghasilkan rekomendasi strategis, model tata kelola yang adaptif, serta langkah-langkah konkret yang relevan untuk era digital dan berbagai tantangan kemanusiaan modern. ICONZ ke-9 menegaskan komitmen Indonesia untuk memimpin transformasi global zakat demi terwujudnya shared prosperity, keadilan sosial, dan kesejahteraan umat manusia.

 

 

Tag :