Kaprodi S3 Perbankan Syariah, Prof. Nur Hidayah, Hadiri Undangan Kedutaan Besar RRT dalam Forum 75 Tahun Hubungan Diplomatik Indonesia–Tiongkok
Dosen FEB UIN Jakarta dorong penguatan kemitraan ekonomi inklusif dan diplomasi keuangan syariah lintas negara.
Beijing, 26 September 2025 — Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) sekaligus Kepala Program Studi Doktor Perbankan Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Nur Hidayah, Ph.D, menerima undangan resmi dari Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di Jakarta untuk berpartisipasi dalam program Indonesian–China Visiting Scholars 2025.
Program ini merupakan hasil kolaborasi antara Kedutaan Besar RRT di Jakarta, China Institute of International Studies (CIIS), dan Chinese Academy of Social Sciences (CASS) dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Tiongkok.
Forum utama bertajuk “Guoyan Dialogue: The 75th Anniversary of China–Indonesia Diplomatic Relations” digelar di Beijing dan dihadiri oleh para akademisi serta pakar dari kedua negara. Acara dibuka oleh Wakil Presiden CIIS, Liu Qing, yang menegaskan bahwa Tiongkok dan Indonesia merupakan dua negara sahabat yang berbagi nasib dan masa depan bersama.
Sementara itu, Chen Shuling, Direktur Riset dan Komunikasi Strategis GENTALA Institute, menekankan pentingnya melanjutkan semangat Konferensi Asia–Afrika Bandung sebagai dasar penguatan kerja sama bilateral di tengah dinamika global yang terus berubah.
Kegiatan ini juga telah diliput secara resmi oleh laman China Institute of International Studies (CIIS), yang menyoroti keberhasilan forum “Guoyan Dialogue: The 75th Anniversary of China–Indonesia Diplomatic Relations” sebagai bagian dari rangkaian peringatan hubungan diplomatik kedua negara.Berita lengkap dapat diakses melalui laman resmi CIIS di tautan berikut: 🔗 https://www.ciis.org.cn/xwdt/202510/t20251011_9692.html?_refluxos=a10
Dalam sesi utama, Prof. Nur Hidayah menyampaikan paparan berjudul “From Dependency to Partnership: Envisioning a Sustainable and Inclusive Future in China–Indonesia Relations.” Beliau menegaskan perlunya transformasi hubungan ekonomi kedua negara dari ketergantungan (dependency) menuju kemitraan sejajar (equal partnership) yang berlandaskan transfer teknologi, keadilan digital, dan pembangunan inklusif.
“Kerjasama ekonomi yang sejati tidak cukup hanya dengan perdagangan dan investasi. Diperlukan kolaborasi pengetahuan, transfer teknologi, dan tanggung jawab sosial agar manfaatnya dirasakan oleh masyarakat luas,” ujar Prof. Nur di hadapan peserta forum CIIS dan CASS. Beliau menyoroti pentingnya transfer/ alih teknologi dari investasi besar seperti proyek EV Battery Plant senilai USD 5,9 miliar di Karawang, agar kerja sama Indonesia–Tiongkok menghasilkan nilai tambah domestik dan memperkuat daya saing industri nasional.
Kegiatan Visiting Scholars berlangsung pada 21–27 September 2025 dan mencakup kunjungan ke berbagai lembaga strategis seperti Kementerian Luar Negeri Tiongkok (MOFA), CASS, CIIS, serta perusahaan teknologi Robot World dan Self-Driving Automotive Industries di China.
Delegasi Indonesia juga mengunjungi Xinjiang Islamic Institute dan Id Kah Mosque di Kashgar, sebagai bagian dari diplomasi sosial dan keagamaan lintas peradaban.
Delegasi Indonesia terdiri atas para tokoh akademik lainnya dari Universitas Indonesia, Universitas Airlangga/UNUSA, Gentala Institute, dan The Habibie Center.
Kehadiran Prof. Nur Hidayah dalam rombongan ini memperkuat peran FEB UIN Jakarta dalam diplomasi pengetahuan dan kerja sama lintas negara.
Dalam forum CIIS, Prof. Nur memperkenalkan konsep “Islamic Finance Diplomacy”, yaitu diplomasi ekonomi berbasis keadilan sosial dan nilai keberlanjutan.Beliau mendorong kerja sama konkret antara Indonesia dan Tiongkok dalam bidang: Green Sukuk dan Sustainable Finance, Digital Waqf dan Social Finance, Industri Halal dan sertifikasi bersama (Mutual Recognition), serta Pertukaran riset dan mobilitas akademik antaruniversitas.
“Ekonomi syariah dapat menjadi jembatan baru diplomasi ekonomi Indonesia–Tiongkok. Melalui pendekatan ini, kita membangun kerja sama yang beretika, adil, dan inklusif,” ungkapnya.
Partisipasi Prof. Nur Hidayah memperkuat posisi FEB UIN Jakarta sebagai fakultas yang aktif di bidang internasionalisasi riset dan diplomasi akademik global. Beliau turut membuka peluang kerja sama riset dengan CASS, CIIS, dan universitas di Beijing serta Xinjiang, khususnya dalam tema Islamic green finance, digital inclusion, dan halal economy.
“Dari ketergantungan menuju kemitraan, Indonesia dan Tiongkok dapat bersama-sama membangun masa depan yang berkelanjutan, inklusif, dan beretika — 共建共享, membangun dan berbagi bersama,” pungkas Prof. Nur menutup sesi.
