Prodi Ekonomi Pembangunan Gelar CEO Talks Bersama Pertamina Lubricants Thailand
Jakarta, 23 Oktober 2025 — Program Studi Ekonomi Pembangunan FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyelenggarakan Praktisi Mengajar : CEO-TALK Pertamina bertajuk topik “Strategi Meningkatkan Daya Saing di Pasar ASEAN”. Kegiatan ini menghadirkan narasumber dari Pertamina Lubricants (Thailand) Co. Ltd., yakni Ihsan Utama (Director Pertamina Lubricants (Thailand) Co. Ltd.) yang dipandu oleh Moderator Dr. Arisman (Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta). Acara dibuka oleh Dekan FEB, Prof. Dr. Ibnu Qizam, M.Si yang didampingi Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan, Arief Fitrijanto dan sekretaris, RR. Tini Anggraeni ini dihadiri para dosen dan mahasiswa program studi ekonomi pembangunan.
Dalam pemaparannya, Ihsan Utama menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi besar di pasar ASEAN karena sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang kompetitif, serta pasar domestik yang luas dan strategis. Namun, daya saing nasional masih terhambat oleh efisiensi produksi dan inovasi yang rendah. Berdasarkan data tahun 2023, ekspor Indonesia ke ASEAN mencapai sekitar 18,35% dari total ekspor nasional. Negara tujuan terbesar meliputi Singapura, Filipina, dan Vietnam. Komoditas utama yang diekspor adalah kelapa sawit, batu bara, tekstil, dan produk olahan industri. Daya saing Indonesia masih kuat di sektor primer, namun perlu peningkatan nilai tambah melalui proses hilirisasi. Stabilitas nilai ekspor juga dipengaruhi oleh harga komoditas global dan kebijakan ekspor domestik.
Laporan SME Policy Index: ASEAN 2024 – Enabling Sustainable Growth and Digitalisation menunjukkan bahwa usaha kecil dan menengah (UKM) mencakup lebih dari 99% perusahaan di kawasan ASEAN dan berperan penting dalam menciptakan lapangan kerja serta pertumbuhan ekonomi inklusif. UKM juga mendorong inovasi teknologi dan berkontribusi pada transisi menuju ekonomi yang lebih hijau. Namun, tantangan utama yang masih dihadapi antara lain biaya logistik dan infrastruktur yang tinggi, produktivitas tenaga kerja yang rendah, keterbatasan inovasi dan teknologi industri, ketergantungan pada bahan mentah, serta standar dan kualitas produk yang belum merata.
Sebagai bentuk solusi dan peluang penguatan daya saing, beberapa strategi yang disarankan antara lain:
- Mengembangkan industri hilir bernilai tambah;
- Mendorong digitalisasi UKM dan ekspor melalui e-commerce ASEAN;
- Meningkatkan sertifikasi dan branding produk lokal;
- Memanfaatkan AFTA untuk memperluas pasar;
- Membangun kemitraan investasi dan melakukan adopsi teknologi modern.
Kegiatan ini menegaskan bahwa daya saing produk Indonesia di ASEAN masih kuat di sektor sumber daya alam dan manufaktur. Namun, untuk menjadi pemain utama di kawasan regional, Indonesia perlu meningkatkan inovasi, efisiensi, dan nilai tambah produk agar mampu bersaing di pasar global. (AC)

